Rabu, 09 September 2009

Sunan Kudus

Raden Ja'far Shadiq

Beliau lahir dari pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah. Sunan Ngudung adalah anak dari Sultan Mesir yang berkelana sampai ke Jawa dan diangkat sebagai panglima perang kesultanan Demak. lalu Syarifah adalah adik dari Sunan Bonang anak dari Nyi Ageng Maloka. Atau cucu dari Sunan Ampel.
Asal beliau ada yang berpendapat dalam buku Hasanu Simon, disebut berasal dari Palestina dan datang di Jawa pada 1435. tetapi ada juga yang berpendapat lain bahwa Raden Ja’far Shadiq berasal dari Jipang Panolan (ada yang mengatakan disebelah utara Blora), berjarak 25 kilometer ke arah barat kota.
Namanya juga sejarah, pasti sedikit tidak jelas. Yang tahu Cuma yang diAtas dan para pelaku sejarah yang sudah tiada. Setuju?
O iya, Sunan Ngudung wafat pada saat penyerangan kesultanan Demak ke Majapahit.


makam sunan Ngudung

Karena itu, Raden Ja’far Shadiq menggantikan tempat Ayah beliau dan memiliki tujuan utama yaitu menghancurkan Majapahit dan memperluas daerah kesultanan Demak Bintoro. Karena kesaktiannya, beliau berhasil mengalahkan Majapahit. sebelum perang, (ceritanya ni ya, benar tidaknya, belum dapat dipastikan) raden Ja’far Shodiq diberi badong (semacam rompi) oleh Sunan Gunung Jati. Badong itu dibawa berkeliling arena perang. Dari badong sakti itu kemudian keluarlah jutaan tikus, yang juga ternyata sakti. Kalau dipukul, tikus itu bukannya mati, malah makin mengamuk sejadi-jadinya. Pasukan Majapahit ketakutan lari tunggang langgang. Dia juga punya sebuah peti, yang bisa mengeluarkan jutaan tawon. Banyak prajurit Majapahit yang tewas disengat tawon. Yang pasti, pemimpin pasukan Majapahit, Adipati Terung, menyerah kepada pasukan Ja’far Shodiq. Usai perang, Ja’far Shodiq menikahi putri Adipati Terung, yang kemudian menghasilkan delapan anak(biasa, kepercayaan dahulu, kalau banyak anak banyak rizki). Ja’far Shodiq sendiri juga punya istri lain, antara lain putri Sunan Bonang, yang menghasilkan satu anak.
Sukses mengalahkan Majapahit membuat posisi Ja’far Shodiq makin kokoh. Dia mendapat tugas lanjutan untuk mengalahkan Adipati Handayaningrat, yang berniat makar terhadap Kerajaan Demak. Adipati Handayaningrat merupakan gelar yang disandang Kebo Kenanga, penguasa daerah Pengging –wilayah Boyolali– dan sekitarnya. Kebo Kenanga berniat mendirikan negara sendiri bersama Ki Ageng Tingkir. Pasangan ini merupakan pengikut Syekh Siti Jenar, seorang guru yang mengajarkan hidup model sufi. Kebo Kenanga dan Tingkir digambarkan sebagai saudara seperjuangan, yang saling menyayangi bagaikan saudara kandung. Tanda-tanda pembangkangan Kebo Kenanga makin kentara ketika ia menolak menghadap Raja Demak, Adipati Bintara, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Raden Patah.Surat panggilan yang dibuat Raden Patah ditelantarkan hingga tiga tahun oleh Kebo Kenanga. Maka, Raden Patah memutuskan untuk mematahkan pembangkangan Kebo Kenanga itu. Raden Patah memerintahkan Ja’far Shodiq ”meredam” Kebo Kenanga. Dalam sebuah pertarungan, Kebo Kenanga tewas. Namun, kehebatan Ja’far Shodiq sebagai panglima perang lama-kelamaan surut. Bahkan, menjelang kepindahannya ke Kudus, Ja’far Shodiq tidak lagi menjadi panglima perang, melainkan menjadi penghulu masjid di Demak. Terdapat beberapa versi tentang kepergian Ja’far Shodiq dari Demak. Ada kemungkinan, Ja’far Shodiq berselisih paham dengan Raja Demak.
Kemungkinan lain, Ja’far Shodiq berselisih paham dengan Sunan Kalijaga. Dalam Serat Kandha disebutkan, Ja’far Shodiq memiliki murid, Pangeran Prawata. Belakangan, Pangeran Prawata justru mengakui Sunan Kalijaga sebagai guru baru. Bagi Ja’far Shodiq, Pangeran Prawata durhaka karena mengakui dua guru sekaligus. Ketika Pangeran Prawata menjadi Raja Demak, Ja’far Shodiq berniat membunuhnya, melalui tangan Arya Penangsang, yang tiada lain dari pada adik kandung Prawata. Agaknya, Arya Penangsang tidak tega, maka dia pun menyuruh orang lain lagi, yang bernama Rangkud. Pangeran Prawata akhirnya tewas bersama istrinya, setelah ditikam Rangkud. Jenazah Prawata bersandar ke badan istrinya, karena keduanya tertembus pedang. Rangkud juga mati. Sebab, tanpa diduga, sebelum mengembuskan napas penghabisan, Prawata sempat melempar keris Kiai Bethok ke tubuh Rangkud. Versi lain menyebutkan, Ja’far Shodiq meninggalkan Demak karena alasan pribadi semata. Ia ingin hidup merdeka dan membaktikan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ini buat yang komentar


Thanks

:D